Nakes Sulsel Tugas di Tengah Lumpur Aceh Tamiang, IGD Tidak Berfungsi
Daftar isi:
Tenaga kesehatan dari Provinsi Sulawesi Selatan tengah berupaya membuka layanan medis darurat di Kabupaten Aceh Tamiang. Di lokasi tersebut, fasilitas kesehatan mengalami kerusakan berat dan banyak rumah penduduk tertutup oleh lumpur tebal akibat bencana alam yang melanda.
Layanan medis ini dihadirkan sebagai respon terhadap kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan korban banjir dan longsor yang terjadi. Menurut Koordinator Tim Medis Pemprov Sulsel, Arman Bausat, kondisi di lapangan masih sangat sulit dan jauh dari kata normal.
“Lumpur masih sangat mengganggu kehidupan sehari-hari di rumah-rumah warga. Mereka merasa terjebak dan berjuang keras untuk membersihkan area hunian mereka,” ungkap Arman dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada Sabtu.
Dalam situasi serba terbatas, tenaga kesehatan dibagi menjadi dua lini tugas yang berbeda. Sekitar 60 petugas medis beroperasi langsung di lapangan dan siaga di 14 posko kesehatan yang disebar di berbagai kecamatan yang terdampak oleh bencana tersebut.
Setiap posko diisi oleh 5 hingga 6 tenaga medis yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dan perawat. Mereka berkolaborasi dalam memberikan pertolongan pertama serta meredakan keadaan darurat medis di kawasan terdampak.
Upaya Penanganan Korban Bencana di Aceh Tamiang Harus Ditingkatkan
Salah satu tugas utama tenaga kesehatan adalah menyalurkan obat-obatan dan bantuan logistik dasar kepada masyarakat. Ini mencakup penyediaan beras serta kebutuhan sehari-hari yang sangat penting bagi warga yang terdampak banjir.
Selain itu, sebanyak 25 dokter spesialis juga bertugas di rumah sakit untuk menangani kasus-kasus yang lebih berat. Terdiri dari berbagai spesialis, mereka bekerja dengan tekun untuk mengatasi kebutuhan medis yang mendesak.
Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kondisi rumah sakit yang belum sepenuhnya pulih. Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Muda Sedia Aceh Tamiang baru kembali beroperasi empat hari lalu, sementara ruang operasi baru dapat digunakan dua hari terakhir.
Lebih lanjut, hampir seluruh ruang perawatan, ICU, laboratorium, dan radiologi masih tertutup oleh lumpur tebal yang mengganggu operasional rumah sakit. Hal ini tentu mempengaruhi pelayanan medis yang bisa diberikan kepada pasien.
Meskipun dalam situasi yang sangat sulit, pelayanan medis tetap berusaha berjalan semaksimal mungkin. Banyak korban yang membutuhkan operasi darurat akibat patah tulang atau cedera serius akibat terjepit material bangunan saat terjadi bencana.
Kegiatan Bersama TNI untuk Memperbaiki Situasi Medis
Untuk mendukung upaya tersebut, tenaga kesehatan juga harus berhadapan langsung dengan lumpur yang tingginya mencapai sekitar 1,5 meter. Bersama dengan anggota TNI, mereka secara bergotong royong membersihkan ruang poliklinik yang terendam lumur.
Partisipasi TNI dalam proses pemulihan ini sangat membantu mempercepat pembersihan dan memastikan bahwa pelayanan kepada masyarakat bisa segera kembali normal. Kerja sama antara kedua pihak menunjukkan solidaritas yang tinggi dalam menghadapi bencana.
Kondisi ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana dan dukungan lintas sektor dalam melakukan penanganan. Koordinasi yang baik menjadi kunci utama untuk menyelamatkan hidup dan memberikan perawatan yang layak bagi warga.
Dengan berbagai kendala yang dialami, upaya pemulihan ini perlu ditingkatkan. Pemerintah daerah dan pusat juga diharapkan mampu memberikan perhatian lebih terhadap situasi yang tengah terjadi di Aceh Tamiang.
Situasi ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak tentang pentingnya mempersiapkan infrastruktur yang lebih baik dalam menghadapi bencana di masa yang akan datang.
Pentingnya Kerjasama Komunitas dalam Penanganan Bencana
Keterlibatan masyarakat dalam proses pemulihan sangat diperlukan. Warga diharapkan dapat saling membantu satu sama lain, menjaga kesehatan, dan tetap waspada dalam menjalani kehidupan sehari-hari setelah bencana.
Selain itu, edukasi mengenai bagaimana mengatasi bencana harus menjadi bagian penting dari program-program pemerintah. Ini akan memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi berbagai kemungkinan bencana di masa depan.
Pendidikan tentang kesehatan juga perlu ditingkatkan, terutama mengenai tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak yang lebih serius saat bencana terjadi.
Dengan langkah-langkah yang tepat, sinergi antara tenaga medis, pemerintah, dan masyarakat diharapkan dapat membawa bencana ini menuju pemulihan yang lebih baik. Tentunya, kebersamaan menjadi titik sentral dalam proses penanganan bencana.
Secara keseluruhan, bencana di Aceh Tamiang menjadi tantangan besar, namun juga kesempatan untuk meningkatkan sinergi dan solidaritas di antara semua elemen masyarakat. Dengan semangat kebersamaan, harapan untuk pulih akan tetap ada.







