CuaninAja
Beranda OTOMOTIF Kita Akan Menghadapi dengan Keprihatinan

Kita Akan Menghadapi dengan Keprihatinan

Putri Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, Alissa Wahid, mengekspresikan keprihatinannya menjelang ulang tahun ke-103 organisasi Nahdlatul Ulama yang akan jatuh pada 16 Januari 2026. Keprihatinan tersebut ia sampaikan saat acara Haul ke-16 mendiang ayahnya di tengah konflik internal yang melanda Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam beberapa waktu terakhir.

Alissa merasa bahwa situasi ini memerlukan perhatian serius agar nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur dapat terus hidup. Dalam sambutannya, ia membahas peran penting Nahdlatul Ulama dan tantangan yang dihadapi saat ini.

Pada kesempatan tersebut, Alissa berbicara dengan penuh semangat tentang warisan yang ditinggalkan ayahnya. Ia berharap semua pihak dapat kembali mendalami ajaran tersebut untuk menjaga keharmonisan dalam organisasi.

Pentingnya Merenungkan Ajaran Gus Dur dalam Kondisi Saat Ini

Alissa mengingatkan bahwa peringatan sekaligus haul Gus Dur harus dijadikan momen refleksi dalam rangka menghadapi dinamika organisasi. Ia menyatakan bahwa semangat dan nilai-nilai universal yang diajarkan Gus Dur sangat relevan di masa kini. Melalui ajarannya, NU diingatkan untuk kembali menjadi penyeimbang dalam kekuasaan.

Dalam suasana yang tegang saat ini, penting bagi semua pihak dalam NU untuk merenungkan kembali warisan tersebut. Gus Dur tidak hanya dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga sebagai sosok yang selalu mendorong kebaikan bagi bangsa.

Alissa menekankan, “Kita harus mempertahankan nilai-nilai itu dalam berbagai keputusan yang diambil.” Ini adalah panggilan untuk semua pengurus dan anggota NU untuk tidak melupakan esensi dari organisasi yang didirikan atas dasar keadilan dan perdamaian.

Konflik Internal di Organizasi dan Dampaknya

Dalam pembicaraannya, Alissa juga menyentuh isu konflik internal yang sedang terjadi di PBNU. Dia berharap semua pemimpin dapat menyadari tanggung jawab besar yang mereka emban. Kontradiksi di dalam organisasi ini, menurutnya, bisa menjadi bumerang jika tidak ditangani dengan bijaksana.

Dia menjelaskan bahwa konflik sering kali timbul akibat kepentingan yang berlebih dan kurangnya komunikasi antar pengurus. “Ini saatnya bagi kita semua untuk meneguhkan komitmen,” ujarnya, menekankan pentingnya soliditas dalam menghadapi tantangan bersama.

Setiap anggota dan pengurus diharapkan dapat menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Alissa mengajak seluruh umat NU untuk kembali mengingat apa yang ingin dicapai dari berdirinya organisasi ini dan mengutamakan kepentingan tersebut.

Rekomendasi dan Pemilihan Pimpinan Baru

Bersamaan dengan peringatan tersebut, ada isu yang berkembang mengenai pengangkatan pimpinan baru di PBNU. Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, merekomendasikan agar Gus Yahya mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Keputusan ini diambil dalam rapat yang melibatkan banyak pengurus, menunjukkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan saat ini.

Dengan pengangkatan KH Zulfa Mustofa sebagai Penjabat Ketua Umum, Alissa berharap proses transisi ini tidak menimbulkan ketegangan lebih lanjut. Ini saatnya untuk kembali bersatu demi kepentingan organisasi dan umat.

Arah dan tujuan organisasi memerlukan kesepahaman dari semua kalangan agar tidak terjadi gesekan yang berkepanjangan. Pada situasi ini, ketegasan dan kejelasan dari pemimpin sangat dibutuhkan untuk menghindari disintegrasi lebih lanjut di dalam BPNU.

Perluasan Masalah dan Kesadaran Bersama dalam Berorganisasi

Alissa juga mengangkat isu penting lainnya terkait pemberian konsesi tambang dari pemerintah yang dianggap menjadi salah satu titik konflik di internal NU. Ia mengingatkan bahwa dalam mengambil keputusan, harus dipertimbangkan dampak jangka panjang terhadap masyarakat yang lebih luas.

“Kita tidak hanya membahas keuntungan sesaat, tetapi juga memikirkan masa depan bangsa,” serunya, menegaskan kembali pentingnya visi jauh ke depan dalam setiap tindakan organisasi. Setiap keputusan tidak boleh hanya menguntungkan segelintir pihak saja.

Dia juga menegaskan, di tengah kesulitan ini, NU harus menempatkan diri sebagai penjaga nilai-nilai moral dan sosial. Jika tidak, organisasi ini tidak akan menjalankan perannya secara maksimal, dan justru dapat menambah masalah yang ada saat ini.

Komentar
Bagikan:

Iklan