Samsung, Xiaomi, dan Vivo Dituding Lakukan Anti Persaingan
Daftar isi:
Samsung – Penjualan smartphone mulai mengalami peningkatan setelah sebelumnya dikabarkan menurun. Namun, kini muncul sorotan terkait dugaan praktik anti persaingan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan besar.
Brand besar seperti Samsung dan Xiaomi saat ini sedang diselidiki karena diduga melakukan kemitraan eksklusif dengan platform e-commerce seperti Amazon dan Flipkart. Mereka menjual model smartphone tertentu secara eksklusif di platform tersebut, yang dianggap dapat mengurangi persaingan sehat di pasar.
masalah penjualan eksklusif di e-commerce
Mengutip Gizchina, Selasa (17/9/2024), tertentu memunculkan banyak pertanyaan tentang kompetisi yang tidak adil di India. Beberapa vendor besar seperti Samsung, Xiaomi, dan Vivo sedang diinvestigasi karena dianggap melanggar aturan kompetisi di negara tersebut.
Dengan penjualan eksklusif di platform online tertentu, konsumen hanya dapat membeli model spesifik di satu platform, yang membatasi pilihan dan dianggap melanggar prinsip kompetisi sehat. Contohnya, merek seperti Samsung, Motorola, Realme, OnePlus, dan Xiaomi telah bekerja sama dengan Amazon untuk meluncurkan ponsel tertentu yang hanya bisa dibeli melalui situs mereka.
Menguntungkan Perusahaan, Tapi Memicu Ketidakadilan
Begitu pula dengan Flipkart, yang bekerja sama dengan Lenovo dan Vivo untuk penjualan eksklusif. Strategi ini dianggap menguntungkan perusahaan-perusahaan tersebut secara tidak adil, menciptakan keuntungan yang tidak sehat. Hal ini dinilai bisa mempersulit pengecer dan merek lain untuk bersaing di pasar yang sama.
Investigasi di India menemukan dua laporan besar. Laporan pertama, sepanjang 1.072 halaman, fokus pada kemitraan Amazon dengan lima pembuat smartphone. Sedangkan laporan kedua, dengan 1.696 halaman, berisi penawaran Flipkart dengan enam merek lainnya. Laporan ini menunjukkan bahwa kemitraan eksklusif dapat mengurangi persaingan dan melanggar hukum kompetisi di India.
Batasi Pilihan Konsumen
Sebagai bagian dari penyelidikan, perusahaan diminta untuk menyerahkan catatan keuangan dari tahun terakhir, termasuk data untuk tahun berjalan 2024. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya pihak berwenang dalam menangani kasus ini. Jika perusahaan terbukti bersalah melanggar undang-undang persaingan, mereka dapat menghadapi denda besar serta dipaksa untuk mengubah praktik bisnis mereka.
Dengan menawarkan ponsel hanya di platform tertentu, perusahaan berpotensi membatasi pilihan konsumen dan menciptakan pasar yang tidak adil. Otoritas India kini tengah memeriksa praktik tersebut untuk memastikan tidak ada aturan yang dilanggar.
Kasus ini juga berpotensi mempengaruhi cara merek-merek ini beroperasi, tidak hanya di India, tetapi juga di pasar global. Pasar lain mungkin akan mengikuti jejak India dalam menyelidiki penawaran eksklusif, yang bisa mengubah peta persaingan di industri smartphone.
Dengan menawarkan ponsel hanya di platform tertentu, perusahaan berpotensi membatasi pilihan konsumen dan menciptakan pasar yang tidak adil. Otoritas India kini tengah memeriksa dengan cermat praktik bisnis perusahaan-perusahaan ini untuk memastikan apakah mereka melanggar aturan persaingan atau tidak.
Selain itu, penyelidikan ini juga dapat mempengaruhi cara merek-merek tersebut beroperasi, tidak hanya di India, tetapi juga di pasar global. Negara lain mungkin akan mengikuti langkah India dalam menyelidiki penawaran eksklusif, yang pada akhirnya bisa mengubah peta persaingan di industri smartphone secara lebih luas.
Baca juga artikel lainnya dari cuaninaja.id